Rabu, 09 September 2015

Badai Pasir, Pesawat Garuda Mendarat Darurat di Madinah

60 Persen CJH Embarkasi Surabaya High Risk

MAKKAH–Cobaan demi cobaan harus dihadapi jamaah haji yang berada di Tanah Suci. Terik matahari yang berdampak pada suhu panas hingga 44 derajat Celsius belum mereda. Kini, cobaan lain yang harus dihadapi jamaah adalah badai pasir yang melanda wilayah tersebut. Badai pasir besar yang disusul dengan hujan menerpa Makkah dan Jeddah, Arab Saudi, Selasa menjelang maghrib (8/9). Akibatnya, jamaah haji yang terjebak dalam badai dibuat kelabakan.

Mereka diharuskan untuk mencari perlindungan. Dampak lain, pesawat Garuda Indonesia yang mengangkut jamaah dari tanah air harus mendarat darurat di Bandara Internasional Amir Muhammad bin Abdul Azis (AMAA), Madinah.

Padahal, pesawat itu seharusnya mendarat di bandara internasional King Abdul Aziz (KAA), Jeddah. ”Karena cuaca dan efek hujan badai, kelompok terbang JKG 27 (Jakarta Pondok Gede, Red) mendarat mendadak di Bandara Madinah,” terang Kepala Daerah Kerja (Daker) Bandara Jeddah Madinah PPIH Arab Saudi, Nurul Badruttamam, kepada wartawan, Selasa malam waktu Arab Saudi (WAS) atau Rabu dini hari WIB (9/9).


Pesawat dengan nomor penerbangan GA 7274 tersebut membawa jamaah haji asal Provinsi DKI Jakarta. Seharusnya, pesawat dijadwalkan mendarat di Bandara KAA Jeddah pada pukul 19.10 WAS.

Saat ini, kata Nurul, seluruh pe numpang kloter JKG 27 telah mendarat di Bandara AMAA Madinah dalam kondisi selamat. Penumpang tidak diturunkan dan tetap berada di dalam pesawat menunggu diberangkatkan kembali ke Bandara KAA Jeddah. GA 7274 dijadwalkan terbang kembali menuju Jeddah pada pukul 21.30 WAS atau 02.30 WIB, kemarin.

Kepala Seksi Perlindungan Jamaah Da ker Bandara Jeddah Madinah, AKBP Jajang Hasan Basri, menambahkan bahwa petugas telah menyambut kedatangan jamaah haji kloter JKG 27, di Bandara KAA Jeddah. Selain petugas bimbingan ibadah, petugas kesehatan dan keamanan dalam kondisi siaga penuh.

Badai pasir yang melanda Arab Saudi, kemarin, membuat jarak pan dang terbatas. Debu pasir membubung tinggi ke udara. Selain membawa sampah-sampah plastik, angin badai juga merusak sejumlah tripleks sisa proyek pembangunan gedung. Pascabadai, semua bangunan dan kendaraan diselimuti lapisan pasir yang cukup tebal.

Sementara itu, pesawat Saudi Airlines yang mengangkut jamaah haji Indonesia dengan nomor penerbangan SV 5205 dari kloter SUB 42 yang seharusnya mendarat di Bandara Jeddah pada pukul 19.35 WAS, sempat tertahan. Sebab, mereka harus menunggu informasi dari air traffic control (ATC) untuk mendarat setelah cuaca aman. Alhamdulillah, pesawat akhirnya sukses mendarat di KAA Jeddah.

Badai pasir itu tercatat paling parah sepanjang lima tahun terakhir. Berdasarkan pantauan sementara, jarak pandang hanya sebatas 200 meter. Selain itu, kabut pasir tampak menyelimuti beberapa pohon yang berada di sekitar wilayah tersebut.

Hal itu tampak di sekitar sektor 4 di ka wasan Syisah sekitar 2,8 km dari Masjidil Haram. Pada Selasa (8/9), sekitar pukul 17.00 WAS atau pukul 21.00 WIB, badai pasir bertiup kencang. Sehingga, Hotel Tharawat Al Shesha yang dihuni sekitar 5.800 jamaah Indonesia dari delapan embarkasi ditutup.

Ratusan jamaah yang akan menunaikan salat Maghrib berjamaah ke Masjidil Haram harus diurungkan. Pintu hotel ditutup untuk penghuni yang akan keluar. Hal itu dilakukan untuk menghindari risiko yang mengancam keselamatan dan kesehatan diri jamaah.

Angin bertiup cukup kencang disertai gumpalan debu dari beberapa bukit yang diratakan untuk pembangunan proyek hotel. Pot bunga plastik berukuran besar di balik pintu kaca roboh. Pembatas jalan dari plastik berukuran 1,5 meter dan tinggi 1 meter pun roboh terbawa angin dengan kecepatan lebih dari 50 km/jam.

CJH SURABAYA BERISIKO TINGGI

Sementara itu, dari 64 kloter haji atau sekitar 28 ribu calon jamaah haji (CJH) yang berangkat dari Embarkasi Surabaya, sebanyak 60 persen kondisinya high risk atau berisiko tinggi. Hal itu disebabkan usia sebagian besar CJH telah lanjut. Selain itu, kondisi kesehatan mereka kurang baik. Sebagian dari mereka menderita penyakit degeneratif dan penyakit penyakit lain.

Tahun ini berbeda dengan beberapa tahun lalu, ketika pembatasan kuota haji dan prioritas keberangkatan haji belum diberlakukan. Saat ini, pendaftar haji yang berusia lanjut mendapat prioritas berangkat terlebih dulu, dibandingkan dengan pendaftar yang usianya relatif lebih muda.

”Karena itu, sebagian besar kondisi CJH berisiko tinggi karena sakit, kelelahan, maupun cedera,”  papar  Kabid  Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Jatim HM Sakur, di sela melepas jamaah kloter 44, 45, dan 46 yang berasal dari Lumajang dan Pasuruan, kemarin (9/9).

Menurut dia, pemeriksaan kesehatan para CJH yang akan berangkat dipastikan bagus. Mereka juga dinyatakan mampu berangkat. Meski demikian, adanya perbedaan cuaca, suhu ekstrem, dan padatnya  aktivitas ibadah selama di Tanah Suci, kondisi fisik dan usia mereka termasuk yang tergolong berisiko tinggi.

Karena  itu, panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH) selalu mengimbau CJH  untuk menjaga kesehatan dan mengonsumsi makanan serta minuman yang bergizi. Mereka juga disarankan untuk cukup istirahat. ”Dengan kondisi rata-rata CJH yang rentan tersebut, jika tidak cukup konsumsi makanan dan minuman serta istirahat yang cukup, mereka akan mudah drop. Belum lagi ditambah penyakit penyakit yang mereka derita,” jelas Sakur. (iku/nur/c2/jay)

Share this

0 Comment to "Badai Pasir, Pesawat Garuda Mendarat Darurat di Madinah"

Posting Komentar